Maaf
Kamis 08 Agustus Pukul 10.00 WIB
seperti biasa rutinitas pagi dikantor baru dimulai
percakapan kecil antara
aku dan tim, baru dibuka dengan seabrek rencana yang harus segera direalisasikan,
karna memang tuntutan waktu yang tinggal menghitung hari menuju event besar
dikantorku
Menyemangati diri adalah
hal utama yang aku lakoni setiap hari, apalagi kalau kuingat peritiwa-peristiwa
itu, benar benar harus berjuang untuk mempertahankan nafas, kalau bukan karena
doa ibuku mungkin seluruh semangatku sudah ambruk dengan mental yang sedemikian
hancur ( ahh sudahlah kurasa aku berlebihan menterjemahkan perasaan ku yang
mulai lelah saat itu)
suara HP berbunyi
kesekian kali dan sama sekali tidak membuatku untuk menekan tombol hijau
kulanjutkan memulai
mengikuti rapat
dan kembali hpku
berbunyi, dan kali ini adik ketigaku menelpon, baiklah ini pengecualian
kuangkat telpnya, dannnnnn…….
mbak nong…ibu
kecelakaan ucap adiku terbata-bata sambil menjelaskan kronologis kejadian
ok aku kesana sekarang,
ucapku
seluruh persendianku
seperti lepas, dan seperti biasa aku berusaha tenang,
semua memandangku
dengan cemas, semua diam,
Aku izin pulang, tolong
untuk keberangkatanku siang ini digantikan
bergegas aku menuju
parkiran, sambil menenangkan diriku sendiri, ok nong tenang ibu ga kenapa napa,
hanya kecelakaan kecil, bukan kali ini ibu sakit, semua akan baik baik saja
nong,
nong, nong tunggu…..!!!
boleh aku ikut ke rumah
sakit,panggil rahayu dengan cemas, sepertinya rahayu menangkap kegundahan yang
sebenarnya, dan sepertinya aku tidak berhasil berpura pura kuat dihadapan
rahayu, ya rahayu adalah salah satu timku yang sangat sabar dan pendiam
pukul 10.00 Wib, kami
sampai dirumah sakit, kulihat Bapak, Randra dan adikku sudah ada disana,
kulihat ibuku terbaring
lemas diruang UGD
Bu, aku datang ucapku,
ibu kenapa, sambil kupegang tangannya, ibu tenang ya, aku sudah disini, ibuku
mengangguk pelan, tapi matanya tertutup
mbak tolong ibunya
jangan diajak ngobrol dulu ya, karena kondisi ibu masih belum stabil dan
mengalami trauma pasca kecelakaan, sebentar lagi kalau kondisi ibu kembali
normal ibu bisa dibawah pulang untuk rawat jalan, ujar dokter jaga yang sedang
memberikan informasi kepadaku
alhamdulilah ucapku,
berarti semua akan baik – baik saja, gumamku, dan ucapan dokter juga bisa aku
terima karena tidak ada luka sama sekali ditubuh ibuku, hanya sedikit lebam dipergelangan
tangan
Nong, aku ajak Bapak
sarapan kekantin dulu ya kata randra
ok aku urus dulu
adminitrasi ibu karna banyak berkas yang harus segera diselesaikan ucapku
yu.. tolong titip Ibu
sebentar ya ucapku ke rahayu, aku mau ke recepsionist
bu aku ke depan dulu
ya, sebentar lagi kita pulang kerumah pamitku ke Ibu, tapi Ibu memberi respon
seperti kesakitan, perasaan tenangku mulai berangsur angsur menjadi cemas,
sepertinya Ibu ingin muntah, ( ya Allah kalu Ibu muntah berarti Ibu bisa jadi
gegar otak gumamku panik, Ya Allah Ibu jangan muntah, ibu jangan muntah pintaku)
kulihat muka rahayu
juga berubah cemas, sambal mencari kantong untuk ibu
kaki dan tangan ibu
bergerak seperti memberi isyarat kepadaku
ibu tenang ya bu, aku
disini bu sambil ku pegang tangan ibu
semua terjadi begitu
cepat, sangat cepat tiba tiba kondisi Ibuku menurun, Kupanggil dokter dan
perawat, kenapa ini, kenapa ya Allah
angka di monitor
Mesin disamping Ibuku turun terus dengan diiringi suara mesin yang membuatku
nafasku tercekat
Rendra ajak Bapak
kesini panggilku melalui telpon, cepat kesini
kulihat muka adikku
dan rahayu tidak kalah panik
Dokter dan perawat
mengelilingi ibuku, alat-alat itu dipasangkan di muka ibuku
aku hanya bisa
bezikir, Ibu harus kuat ucapku, aku disini bu, aku disini
rendra dan Bapakku
datang
kulihat muka Bapak begitu
tegang, langkahnya gontai
dengan sigap Bapak
membimbing Ibu untuk berzikir, tangan Ibu dipegang Bapak, alunan doa
dilantunkan Bapak terus menerus, kulihat Bapak berusaha tegar, sama sperti aku
yg juga berusaha tegar, karena aku harus meyakinkan diriku untuk tetap kuat “
Ibu pasti sembuh “
mbak, Ibu koma kata
dokter, apa keluarga bersedia ibu dipasang alat untuk dimasukan ke ruang ICU,
dan keputusan ini harus cepat tambahnya, kami tidak bisa menunggu terlalu lama
Tanpa menoleh Bapak bilang
ke aku “ Nong semua keputusan Bapak serahin ke kamu, Bapak nurut” ( suara bapak
sangat lirih dan pelan)
dan kulihat Randra
mengangguk ke arahku
Ya Allah.. ini
keputusan terbesar yang harus aku ambil
baik dok tlg berikan
perawatan terbaik untuk ibu, apapun itu , asal ibu bisa sembuh ucapku
dengan sigap dokter
dan perawat menyiapkan semua peralatan untuk ibu
hanya aku yg
diperbolehkan masuk dan melihat alat2 itu dipasangkan ke ibu
ya Allah kenapa jadi
seperti ini kenapa
ibu bangun bu, bangun
bu, ibu harus kuat, lihat bapak bu…
……
pukul 15.30 Ibu
diantarkan menuju ruang ICU,
satu persatu keluarga
dan teman berdatangan, kulihat kesedihan diraut muka mereka
mbak, nganternya hanya
sampe disini saja ya ujar perawat yang mengingatkanku untuk melepaskan peganganku
diranjang ibu
bu aku ga kemana
mana, aku disini ya nemenin Ibu, aku janji kalok Ibu sembuh aku gpp berenti
kerja, aku mau urus ibu saja bisikku, lagian aku capek, kayaknya aku sudah ga
bisa bertahan dengan kondisi kantor bu, aku ga akan pulang bu, aku janji
nungguin ibu disini sampe ibu sembuh, aku minta maaf ya bu, aku banyak salah,
banyak waktuku habis dipekerjaanku, banyak waktu yang tertunda untuk ibu, maaf
ibu aku selalu membuat ibu menunggu
terimakasih ya bu
sudah mengantarkanku dan adik- adik sampai dititik ini, aku sangat ridho
memiliki ibu seperti ibu, ibu jangan pergi dulu ya, kami masih butuh ibu, ibu
sembuh ya
ibu aku disini nanti,
aku gak kemana mana, nanti kita pulang sama sama, janji ya bu
malam hari pertama
aku menunggu diluar ruang ICU, tentu saja sangat tidak mudah untuk bisa masuk
kesana, aku dan adikku hanya bisa menunggu dikoridor
benar benar mataku
tidak bisa terpejam sama sekali, sudara2 dan teman teman berdatangan dan
memberi support kepada kami, tak henti hentinya semua berdoa untuk kesembuhan
ibu
…………
Jum’at 09 Agustus
stelah sholat subuh,
tiba tiba dadaku begitu sesak, airmata yg kutahan tiba2 jatuh, rinduuuuuuu yang
sangat tidak bisa kuliskan dengan kata kata
ku ketuk pintu ruang
icu, tak lama perawat membuka pintu
mbak ini masih subuh,
kami belum bisa mengizinkan mbak masuk
tolong sust saya rindu
ibu saya, tolong sust sebentar saja hanya sebentar pintaku, saya janji. ibahku
mungkin karena kasian
atau karena tidak tahan mendegar rengekanku yang berulang, akhirnya perawat itu
mengizinkanku
ok hanya sebentar ya
mbak
ok jawab dengan cepat
bu, aku rindu ucapku,
kucium kening ibu berkali kali, kucium tagannya, kucium telapak kakinya, ibu
cepet bangun ya, aku rinduu, aku tetep disini deket ibu, kupegang tangan ibu,
berharap tangan itu akan bergerak, seperti yg pernah kulihat di film film itu
bu, aku keluar dulu
nanti aku diusir perawat, aku ga kemana mana, aku tetap disini, jangan lupa ibu
cepet bangun ya ( kaki Ibu mulai dingin,,, tapi aku tetap optimis ibu bangun)
………………………………
rahmawati…..keluarga
rahmawati……..!!!!
tersentak aku
terbangun, mendengar nama ibuku dipanggil, sontak aku langsung berlari,
seingatku belum sampai 15 menit aku tertidur, pastinya seperti mendengar peluit
Panjang yang sangat menyakitkan ketika nama itu disebut
ya Dok jawabku gugup
mbak…ibu keadaannya
sudah semakin melemah
kulihat grafik
dilayar samping tempat tidur ibuku semakin menurun
iya Dok, jawabku
pelan, kupegangg kening ibuku, alunan bacaan ayat-ayat dari digital alquran
masih teputar dengan lembut didekat ibu
bu, gpp kalok ibu
sudah ga kuat, aku mewakili keluarga ikhlas ya bu, kalok ibu mau pergi, aku
minta maaf bu, sekali lagi minta maaf, terima kasih bu sudah jadi ibu kami,
ibu aku minta maaf
minta maaf ya bu
ku bimbing ibu dengan, dengan dada yang sangat sesak, menahan semua airmata untuk tidak tumpah, berdiri sendiri mengantar Ibu pergi, berdiri dengan gemetar untuk bisa menjadi anak yang kuat, menajdi kakak yang kuat, memastikan ibu pergi dengan tenang
sungguh posisi yang sangat
sulit, semua perasaaan bercampur jadi satu, benar benar terasa sesak , nafas
dan jantungku seakan tersekat, aku sama sekali tidak berteriak, aku menenangkan
diri,
Nong, kuat harus kuat
kucium kening, tangan
dan telapak kaki ibu berkali kali, tak henti henti aku meminta maaf
banyak hal yang ingin
kuubah, tapi semua terlambat
banyak kisah yang
terlewatkan, banyak waktu yang terbuang hanya karena pekerjaanku, hari ini aku
kembali kehilangan perisai terkuat dalam kehidupanku
-------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar